Pages

Rabu, 19 September 2012

PENYAKIT ASMA PADA ANAK


Asma
1.1 Definisi
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan.
Asma adalah penyakit paru yang didalamnya terdapat obstruksi jalan nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spame otot polos bronkial. Serangan asma dapat dipicu oleh alergen spesifik (misal, serbuk sari bunga, jamur, bulu binatang, debu atau makanan) atau oleh faktor lain seperti perubahan cuaca, infeksi pernapasan, latihan, atau faktor emosional. Asma terjadi karena interaksi komplek diantara sel-sel dan mediator inflamasi di jalan napas dan pengaturan saraf otonom dari jalan napas, sehingga terjadi hal-hal berikut ini:
1.      Kontraksi otot polos bronkial
2.      Brokospaame
3.      Edema mukosa karena inflamasi sel-sel di jalan napas dengan cidera pada epitel
4.      Peningkatan produksi mukus (lendir)
5.      Sumbatan lendir
6.      Udara yang terperangkap di belakang jalan napas yang tersumbat atau menyampit
7.      Oksigenasi dan ventilasi yang tidak mencukupi
8.      Respon lapar udara yang menimbulkan perilaku gelisah.
Serangan asma dapat berupa sesak napas ekpiratoir yang paroksimal berulang-ulang dengan mengi (whezing) dan batuk yang disebaboleh konstriksi atau spasme otot bronkus dan produksi lendir kentalyang berlebihan.
Asma merupakan penyakit familiar, diturunkan secara poligenik dan multifaktorial. Telahditemukan hubungan antara asma dan lokus histokompatibilitas (HLA) dan tanda genetik pada molekul imunoglobulin G (IgG).
1.2 Insiden  
Asma menyerang 5% sampai 10% semua anak, kira-kira 2-20% populasi anak dilaporkan pernah menderita asma. Dilaporkan di beberapa negara angka kejadian asma meningkat, misalnya di Jepang, Melbourne, dan Taiwan. Di Poliklinik Subbagian Anak FKUI-RSCM Jakarta, lebih 50% kunjungan merupakan penderita asma. Jumlah kunjungan di Poliklinik Subbagian Anak berkisar antara 12000-13000 atau rata-rata 12.324 kunungan per tahun. Pada tahun 1985 yang perlu mendapat perawatan karena serangan asma yang berat ada 5 anak, 2 anak diantaranya adalah pasien poliklinik paru. Sedang yang lainnya dikirim oleh dokter luar. Tahun 1986 hanya terdapat 1 anak dan tahun 1987 terdapat 1 anak yang dirawat karena serangan asma yang berat.
1.3 Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama adalah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperreaktivitas bronkus). Hiperreaktivitas bronkus belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Diduga karena adanya hambatan sebagian sistem adrenergik, kurangnya enzim adenil-siklase dan meningginya tonus sistem parasimpatik. Keadaan demikian menyebabkan mudah terjadinya kelebihan tonus parasimpatik kalau ada rangsangan sehingga terjadi spasme bronkus. Banyak faktor yang turut menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas tersebut. Faktor genetik, biokimiawi, saraf otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis, dan lingkungan lainnya, dapat turut serta dalam proses terjadinya manifestasi asma. Karena itu asma disebut penyakit multifaktorial.
Asma (hiperreaktivitas bronkus) agaknya diturunkan secara poligenik. Alergik (atopi) salah satu faktor pencetus asma juga diturunkan secara genetik tapi belum pasti bagaimana caranya.
1.4 Patologi
Asma ditandai 3 kelainan utama pada bronkus yaitu bronkokonstriksi otot bronkus, inflamasi mukosa dan bertambahnya sekret yang berada jalan nafas. Pada stadium permulaan terlihat mukosa jalan nafas pucat, terdapat edema dan sekresi lendir bertambah. Terlihat kongesti pembuluh darah, infiltrasi, sel eosinofil bahkan juga dalam sekret di dalam lumen saluran nafas. Bila serangan terjadi sering dan lama atau dalam stadium lanjut, akan terlihat deskuamasi epitel, penebalan membran hialin basal, hiperplastin elastin, hiperplasi dan hipertrofi otot bronkus dan jumlah sel goblet bertambah. Kadang-kadang pada asma menahun atau pada serangan yang berat terdapat penyumbatan bronkus oleh mukus yang kental ynag mengandung eosinofil.     
1.5 Patogenesis
Seperti telah dikemukakan bahwa banyak faktor yang memepengaruhi terjadinya asma sehingga belum ada patogenesis yang dapat menerangkan semua penemuan pada penyelidikan asma.
Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patogenis asma ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya alergan, infeksi, exercice dan lain-lain. Sel ini akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan bermacam-macam mediator misalnya histamin, slow reakting substance or anaphylaxis (SRS-A), yang dikenal sebagai lekotrin, eoxinophyl chemotactic of anaphylaxis (ECF-A), platelet actifating factor (PAF), bradikinin, enzim-enzim dan peroksidase. Selain sel mast, sel basofil dan beberapa sel yang lain dapat juga mengeluarkan mediator.
Bila alergen sebagai pencetus maka alergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma atau sel pembentuk antibodi lainnya untuk menghasilkan antibobi reagenik, yang disebut juga imunologlobulin E(IgE). Selanjutnya IgE akan beredar dan menempel pada reseptor yang sesuai pada dinding sel mast. Sel mast yang demikian disebut sel mast yang tersensitisasi. Apabila alergen yang serupa masuk ke dalam tubuh, alergen tersebut akan menempel pada sel mast yang ersensitisasi dan kemudian akan terjadi degradasi dining dan degranulasi sel mast. Mediator dapat bereaksi langsung dengan reseptor di mukosa bronkus sehingga menurunkan siklik AMP kemudian terjadi bronkokonstriksi. Mediator dapat juga menyebabkan bronkokonstriksi dengan mengiritasi reseptor iritan
MBP (Major Basic Protein) enzim proteolitik dan dengan peroksidase akan merusak penghubung antara sel epitel mukosa dan dengan demikian alergen dapat lebih masuk sampai sel mast submukosa. Sel mast submukosa mengeluarkan mediator sehingga menambah jumlah yang berada di lingkungan itu.
Permeabilitas epitel dapat juga meningkat karena infeksi. Asap rokok dengan peningkatan aktifitas reseptor iritan. Mediator dapat pula meninggikan permeabilitas dinding kapiler sehingga IgE dan leukosit masuk ke dalam jaringan ikat bronkus. Dapat juga terjadi reaksi tipe III pada leukosit (reaksi komplek antigen antibodi) kemudian terjadi kerusakan leukosit, lisosom keluar, kerusakan jaringa setempat dan pengeluaran prostaglandin serta mediator lainnya. Prostaglandi F2 (PGIF2) menurunkan silli-ARMP dan terjadi bronkokonstriksi. Lawan dari PGIF2 adalah PGE1 yang meninggikan siklik-AMP dan menyebabkan bronko dilatasi, lekotrin, prostaglandin, PAF (platelet activating factor), tromboksan adalah hasil dari proses asam arachydonide. Ujung saraf vagus merupakan reseptor batuk dan atau resptor tektil (iritan) yang dapat terangsang oleh mediator, peradangan setempat, batuk dan pencetus bukan alergan lainnnya sehingga terjadi reflek parasimpatik, kemudian bronkokonstriksi. Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi maka diperlukan jumlah pencetus sedikit, sebaliknya bila tingkat hiperaktivitas jumlah pencetus banyak untuk menimulkan serangan asma.
Jadi, pada anak banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan asma, atau dengan perkataan lain asma pada anak merupakan penyakit yang multifaktorial.

                 1.6 Manifestasi Klinis
·         Whezing
·         Dypsnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot asesori pernapasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor.
·         Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kantal dan lumen jalan napas sempit
·         Takypnea, tacicardia, ortpnea
·         Gelisah
·         Berbicara sulit atau pendek karena sesak napas
·         Diaphorosis
·         Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
·         Fatigue
·         Tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan, bahkan berbicara
·         Kecemasa, labil, dan perubahan tingkat kesehatan
·         Meningkatnya ukuran diameter antero posterior (barrel chest).
·         Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur.
·         Auskultasi; terdengar ronchi dan cracles.   
1.7 Pemeriksaan Diagnostik 
      ·         Riwayat penyakit dan periksaan fisik 
      ·         Foto rongen 
      ·         Periksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya     meningkat dalam darah dan sputum 
      ·         Pemeriksaan alergi (radio alergosorbent tes; RAST) 
      ·         Pulse oksimetry
·        Analisa gas darah
1.8 Komplikasi 
      1.      Mengancam pada gangguan keseimbangan asm basa dan gagal napas 
      2.      Chronik persistent bronkitis 
      3.      Bronchiolitis 
      4.      Pnemunia 
      5.      Empisema


1.9 Penatalaksanaan Terapeutik
·         Serangan akut dengan oksigaen nasal atau masker
·         Terapi cairan parenteral
·         Terapi pengobatan sesuai program;
Beta2 agonist untuk mengurangi bronkospasme: albuterol (proventil, ventolin); dengan pemberian oksigen, dosis oral: 0,1 mg/kg setiap 8 jam; nebulizer; 0,15 mg/kg per dosis dalam 2 ml normal salin; inhalasi 1 atau 2 isapan setiap 4-6 jam. Efeknya; tachycardia, palpitasi, pusing kepala, mual, dysrhythmia, tremor, hipertasi, insomnia. Intervensi keperawatan; jelaskan pada orang tua tentang efek samping dan cara melakukan nebulizer dan fisioterpi dada.
Terbutalin;
Dosis; usia 2-6 tahun; 0,15 mg/kg tiga hari sekali (tidak lebih dari 5 mg per hari); 6-14 tahun; 2 mg tiga kali sehari (tidak lebih dari 24 mg per hari); 14 tahun dan dewasa; 2-6 mg/kg dalam tiga kali sehari atau empat kali sehari (tidak lebih dari 32 mg/hari); inhalasi; 1atau 2 hisapan setiap 4 atau 6 jam; nebulizer; 0,5-1,5 mg setiap 4-6 jam.Efek samping: tachycardia, pusing kepala, tremor, atau gemetar, mual, dan insomnia. Intervensi keperawatan; monitor efek samping dan ajarkan pada orang tua prinsip pemberian pengobatan.
Metaprotenol (alupen, metaprel);
Dosis; 0,3-0,5 mg/kg per dosis setiap 6-8 jam; maksimum 20 mg per dosis. Efek samping; tachycardia, palpitasi, hipertensi, gemeteran, lemah, pusing kepala, mual, muntah, mulut rasa tidak enak.
Dilatasi bronkus dan bronkiolus, mengurangi bronkospasme, dan meningkatkan bersihan jalan napas.
Theophylline ethylenediamine (aminophylline)
Dosis; pada klien tanpa Theophylline, dosis; 6 mg/kg dan melalui intravena; usia 6-9 bulan: 1,0-1,2 mg/kg per jam, usia 9-12 jam; 0,9-1,0 mg/kg per jam, usia 12-16 tahun: 0,6-0,7 mg/kg per jam.
Pemberian dengan melalui aliran cairan intravena jangan lebih dari 25 per menit.
Efek samping; tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointestinal, rangsangan sistem saraf pusat; gejala toxic; sering muntah, haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis dan kejang.
Intervensi keperwatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya; infus pompa.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA
1.1  Pengkajian
1.        Riwayat asma atau alergi dan serangan asma yang lalu, alergi dan masalah pernafasn.
2.         Kaji pengetahuan anak dan orng tua tentang penyakit dan pengobatan.
3.         Fase akut; tanda-tanda vital, usaha nafas dan pernafasan, retraksi dada, penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan, cuping hidung,  pulse oximetry. Suara nafas; whezing, menurunnya suara nafas.
Kaji status neurologi; perbahan kesadaran,meningkatnya fatigue, perubahan tingkah laku. Dan kaji status hidrasi
·         Riwayat psikososial; faktor pencetus; stres, latihan, kebiasaan dan rutinitas, perawatn sebelumnya.
1.2  Diagnosa keperawatan
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekret atau mukosa.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas (odem).
3.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan CO2.
4.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan O2.
5.      Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
6.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan. 
1.3  Intervensi
  
1.4  Implementasi
1.       Untuk diagnosa 1, 2, 3, dan 4
Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat, pembersihan jalan napas, pola napas dan perfusi jaringan:
a.   Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila diperlukan
          Kaji fungsi pernapasan; auskultasi bunyi napas, kaji kulit setiap 15 menit sampai 4 jam
b.    Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oxiymetrydan batasi (penyapihan) atau tanpa alat bantu bila kondisi telah membaik.
c.    Kaji kenyamanan posisi tidur anak
d.    Monitor efek samping pemberian pengobatan; monitor serum darah; theophyline  dan catat kemudian laporkan ke dokter. Normalnya 10-20ug/ml pada semua usia.
e.     Kaji gejala dan tanda efek samping theophyline seperti; mual dan muntah pada gejala awal, cardiopulmonal mencakup; tachycardia, dhysrimia, thacipneu, diuresis, irritability dan kemudian kejang.
f.        Berikan cairan yang adekuat peroral atau parenteral.
g.       Pemberian terapi pernapasan; nebulizer, fisioterapi dada bila indikasi, ajarkan batuk dan napas dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret (suction).
h.         Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan.
i.         Berikan terapi bermain sesuai dengan usia.
2.      Memberikan lingkungan yang tenang dan mengurangi kecemasan
a.       Ajarkan tekhnik relaksasi; latihan napas, melibatkan penggunaan bibir dan perut, dan ajarkan untuk berimajinasi.
b.         Pertahankan lingkungan yang tenang; temani anak dan berikan support.
c.         Ajarkan untuk ekspesi perasaan secara verbal.
d.         Berikan terapi bermain sesuai kondisi  
e.        Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.
f.       Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
3.      Memberikan informasi tantang proses penyakit, perawatan dan pengobatan.
a.       Kaji tingkat pengetahuan anak dan orang tuatentang penyakit, penobatan, dan intervensi.
b.      Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.
c.       Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.
d.     Jelaskan pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian dan pemeriksaan darah.
e.      Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontol ulang,
f.        Informasikan pentingnya program aktifitas dan latihan napas.
g.      Jelaskan pentingnya terapi bermain sesuai usia.


1.5  Evaluasi
·         Fungsi paru anak optimal
·         Anak sanggup melakukan aktifitas sehari-hari
·         Anak berpartisipasi dalam aktivitas ketahanan (mis, berenang, tenis)
1.6  Perencanaan pemulangan
·         Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.
·         Fokuskan pada perawatan diri di rumah.
·         Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan lainnya.
·         Jelaskan tanda-tanda bahaya yang akan muncul.
·         Ajarkan penggunaan nebulizer.
·         Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian.
·         Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut, dan stres.
·         Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan napas.
·         Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutisi yang adekuat. 


0 komentar:

Posting Komentar